Sabtu, 07 Mei 2016

Terapi Humanistik Eksistensial




Terapi Humanistik Eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab saling berkaitan.

Konsep-konsep utama :
1.      Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
2.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing).
3.      Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan

 Unsur-unsur Eksistensial-humanistik
Tujuan eksistensial-humanistik
a.    Agar klien mengalami keberadaanya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi.
b.      Meluaskan kesadaran diri klien dan meningkatkan kesanggupan pilihannya.
c.       Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri.

C. Teknik terapi
Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Metode-metode yang berasal dari terapi gestalt dan analisis transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial humanisti
Fungsi dan Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
1.     Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
2.     Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
3.     Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
4.     Berorientasi pada pertumbuhan
5.     Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
6.     Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
7.     Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
Hidup dan pandangan humanistiknyatentang manusia secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif
8.     Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
Mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9.     Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan
Kebebasan klien.

Teknik Terapi
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
Terapi eksistensial humanistik merupakan terapi yang dilakukan dengan pendekatan berdasarkan pada pemahaman filosofis tentang menjadi manusia yang utuh, apa makna menjadi manusia, dan apa makna keberadaannya. Terapi ini berakar pada filsafat eksistensial

Ciri-ciri Terapi Eksistensial Humanistik
1.     Eksistensialisme bukanlah suatu aliran melainkan suatu gerakan yang memusatkan penyelidikannya manusia sebagai pribadi individual dan sebagai ada dalam dunia.
2.     Adanya dalil-dalil yang melandasi, yaitu;
       Setiap manusia unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan mengevaluasi dunia dan dalam bereaksi terhadap dunia
       Manusia sebagai pribadi tidak bisa dimengerti dalam kerangka fungsi-fungsi atau unsur-unsur yang membentuknya
       Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan memusatkan perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi, belajar, dorongan-dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku emosional tidak akan mampu memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman manusia
3. Berusaha melengkapi, bukan menyingkirkan dan menggantikan orientasi-orientasi yang ada dalam psikologi
4. Sasaran eksistensial adalah mengembangkan konsep yang komperehensif tentang manusia dan memahami manusia dalam keseluruhan realitas eksistensialnya, seperti pada kesadaran, perasaan, dan pengalaman individu.
5. Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan tanggung jawab, skala nilai-nilai individual, makna hidup, penderitaan, keputusan, kecemasan, dan kematian.
Metode atau Teknik Terapi Eksistensial Humanistik
Dalam terapi eksistensial humanistik ini tidak memiliki metode yang siap pakai seperti terapi lain. Dalam terapi ini para terapis bisa menggunakan beberapa metode terapi atau bahkan menggabungkannya. Beberapa orang eksistensialis mengesampingkan metode, karena mereka lihat itu semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi. Fokus terapi ini adalah pada situasi hidup klien pada saat itu, dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu. Biasaya terapis eksistensial menggunakan metode yang mencakup ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik.
Proses terapeutik meliputi tiga tahap, yaitu;
1.     Terapis membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Terapis mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
2.     Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
3.     Berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan
Tujuan Terapi Eksistensial Humanistik
Tujuan dari terapi eksistensial humanistik, yaitu:
       Membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan hidup manusia sendiri.
       Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
       Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
       Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
       Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik: (1) menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, (2) memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan (3) memikul tanggung jawab untuk memilih.
Efektivitas Terapi Eksistensial Humanistik
 Terapi ini dikatakan berhasil jika klien telah mendapatkan eksistensinya, memahami kebermaknaannya dalam hidup, serta merasa menjadi manusia utuh. Dalam hal atau kasus-kasus yang spesifik terapi ini dikatakan efektif apabila klien dapat menyadari, memahami, dan menerima keadaan diri sepenuhnya, dapat secara bebas dan bertanggung jawab dalam memilih dan memutuskan, serta mengetahui tujuan dan keinginan dalam hidupnya.
Dalam pelaksanaannya terapi ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu terapi ini dapat lebih fokus pada masalah klien, lebih membebaskan klien, tidak kaku dalam melaksanakan terapi, serta lebih membuat klien menemukan caranya sendiri untuk menangani masalahnya. Namun hal ini juga menjadi kelemahan terapi ini karena tidak menggunakan metode yang khusus siap pakai, sehingga terapi ini tidak berstruktur dan terlalu terbuka. Sehingga dapat menimbulkan kebingungan, perasaan ketidakpastian serta kecemasan bagi klien-klien yang mengharapkan keamanan dalam kehidupan yang mudah.


daftar pustaka


Corey, G., (1999). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika AditamaMisiak, Henryk. 2005. Psikologi Fenomenologi, Eksistensial dan Humanistic. Bandung: PT. Rafika Aditama.Winkel, W. S. 1987. Bimbingan dan praktek Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Gramedia.