Kesehatan Mental dan Social Support (Dukungan Sosial)
Secara umum kesehatan
mental adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta
lingkungan di mana ia hidup. Dalam hal kejiwaan kesehatna mental dapat
diartikan sebagai terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan gejala-gejala penyakit jiwa
(psychose). Pribadi
yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang
adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai
norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal &
intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut Karl Menninger,
individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan
diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang
lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat
mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negative dengan
absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik
individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada
kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological
well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/
kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006). Kesehatan mental bukan saja
merupakan ketiadaan akan penyakit mental. Kesehatan mental yang positif
melibatkan suatu perasaan yang sejahtera dari sisi psikologis yang berjalan
beriringan dengan perasaan sehat (Keyes & Saphiro, 2004;Ryff & Singer,
1998). Perasaan subjektif akan kesejahteraan, atau kebahagiaan merupakan
penilaian seseorang akan kehidupannya (Diener, 2000).
Penegertian
diatas dijelaskan bahwa kesehatan mental berhubungan erat dengan kehidupan sosial
yaitu dalam hal komunikasi dan interaksi. Dalam kehidupan bersosial manusia
perlu mendapatkan dukungan sosial. Sarafino (1994)
menggambarkan dukungan sosial sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan
ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain maupun kelompok. Dalam
pengertian lain disebutkan bahwa dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya bahwa dirinya dicintai, diperhatikan dan
merupakan bagian dari kelompok sosial, yaitu keluarga, rekan kerja dan teman
dekat (Casel dalam Sheridan&Radmacher, 1992). Siegel (dalam Taylor, 1999) mengemukakan,
dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain yang menunjukan bahwa ia dicintai
dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari
jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dari beberapa pendapat tokoh di atas
dapat disimpulkan bahwa dukungan social merupakan ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui interaksi individu
dengan orang lain sehingga individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan,
dihargai dan merupakan bagian dari kelompok social.
Bentuk-bentuk Dukungan Sosial
House, dkk (dalam Sarafino, 1994) mengemukakan
beberapa bentuk dukungan sosial, antara lain:
·
Dukungan
Emosional (Emotional Support)
Dinyatakan dalam bentuk bantuan yang memberikan
dorongan untuk memberikan kehangatan dan kasih sayang, memberikan perhatian,
percaya terhadap individu serta pengungkapan simpati.
·
Dukungan
Penghargaan (Esteem Support)
House (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa, dukungan
penghargaan dapat diberikan melalui penghargaan atau penilaian yang positif
kepada individu, dorongan maju dan semangat atau persetujuan mengenai ide atau
pendapat individu serta melakukan perbandingan secara positif terhadap orang
lain.
·
Dukungan
Instrumental (Tangible or Instrumental Support)
Mencakup bantuan langsung, seperti memberikan
pinjaman uang atau menolong dengan melakukan suatu pekerjaan guna menyelesaikan
tugastugas individu.
·
Dukungan
Informasi (Informational Support)
Memberikan informasi, nasehat, sugesti ataupun umpan
balik mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang lain yang membutuhkan.
·
Dukungan
Jaringan Sosial (Network Support)
Jenis dukungan ini diberikan dengan cara membuat
kondisi agar seseorang menjadi bagian dari suatu kelompok yang memiliki
persamaan minat dan aktivitas sosial. Dukungan jaringan sosial juga disebut
sebagai dukungan persahabatan (Companioship Support) yang merupakan
suatu interaksi social yang positif dengan orang lain, yang memungkinkan
individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain dalam suatu aktivitas
sosial maupun hiburan.
Komponen-komponen Dukungan Sosial
Weiss (dalam Cutrona, 1994) mengemukakan adanya enam
komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The Social Provision
Scale” dimana masing masing komponen alat berdiri sendiri, namun satu sama
lain saling berhubungan. Adapun komponen tersebut antara lain:
a)
Instrumental
Support
·
Reliable
Alliance (Ketergantungan yang
dapat diandalkan)
Dalam dukungan sosial ini, individu mendapat jaminan
bahwa ada individu lain yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu
membutuhkan bantuan, bantuan tersebut sifatnya nyata dan langsung. Individu
yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena individu menyadari ada individu
lain yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila individu mengalami masalah
dan kesulitan.
·
Guidance (Bimbingan)
Dukungan sosial ini berupa nasehat, saran dan
informasi yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan
yang dihadapi. Dukungan ini juga dapat berupa feedback (umpan balik)
atas sesuatu yang telah dilakukan individu.
b)
Emotional
Support
·
Reassurance of
Worth (Pengakuanpositif)
Dukungan
sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas
individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan
dihargai.
·
Emotional
Attachment (Kedekatan emosional)
Dukungan
sosial ini berupa pengekspresian dari kasih sayang, cinta, perhatian dan
kepercayaan yang diterima individu, yang dapat memberikan rasa aman kepada individu
yang menerima.
·
Social
Integration ( Integrasi sosial)
Dukungan
sosial ini memungkinkan individu untuk memperoleh perasaan memiliki suatu
kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan
kegiatan secara bersama-sama. Dukungan semacam ini memungkinkan individu
mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok
yang memiliki persamaan minat.
·
Opportunity to
Provide Nurturance (Kesempatan untuk
mengasuh)
Suatu
aspek penting dalam hubungan interpersonal adalah perasaan dibutuhkan oleh
orang lain. Dukungan sosial ini memungkinkan individu untuk memperoleh perasaan
bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan.
Goetlieb (1983) menyatakan ada dua macam hubungan
dukungan sosial, yaitu hubungan professional yakni bersumber dari orang-orang
yang ahli di bidangnya, seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter maupun pengacara,
serta hubungan non professional, yakni bersumber dari orang-orang
terdekat seperti teman, keluarga maupun relasi.
Konsepsi yang salah mengenai kesehatan mental, selama
ini masih banyak mitos dan konsepsi yang diyakini masyarakat Indonesia mengenai
Kesehatan Mental yang keliru, antara lain: gangguan mental adalah herediter/
diturunkan, gangguan mental tidak dapat disembuhkan, gangguan mental muncul
secara tiba-tiba, gangguan mental merupakan aibnagi keluarga dan bagi lingkungannya.
Hal ini sangat berdampak buruk pada seseorang yang sedang terkena gangguan mental.
Mereka yang terkena gangguan mental ringan maupun berat harus mendapatkan
dukungan social baik dari keluarga, sahabat, teman, maupun lingkungan sekitar
mereka. Myers (dalam Hobfoll,
1986) mengemukakan bahwa sedikitnya ada tiga faktor penting yang mendorong
seseorang untuk memberikan dukungan yang positif, diantaranya:
·
Empati, yaitu
turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan mengantisipasi emosi dan
memotivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan
orang lain.
·
Norma dan nilai
sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk menjalankan kewajiban
dalam kehidupan.
·
Pertukaran
sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan,
informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan hubungan
interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran secara timbal balik
ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan menyediakan bantuan.
Daftar
Pustaka
Kartika
Sari Dewi. (2012). Kesehatan Mental.
Semarang: UPT UNDIP Semarang
Diane E. Papalia, Sally
Wendkos Olds, & Ruth Duskin Fieldman. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.
Amie Ristianti. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya
dengan Identitas Diri Pada Remaja d SMA
Pusaka 1 Jakarta. Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma