Terapi
Eksitensial merupakan salah satu bentuk terapi dari Humanistik. Terapi
eksistensi berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu
sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu siterm
teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Menurut pandangan
eksistensial, manusia mampu akan dirinya sendiri, yaitu kapasitas yang
membedakan diri kita dengan makhluk lain. Kita adalah makhluk bebas yang
bertanggung jawab dalam memilih cara hidup kita, sehingga nasib kita berada di
tangan kita sendiri. Kesadaran akan adanya kebebasan dan tanggung jawab
tersebut terkadang menimbulkan kecemasan eksistensial. Kita mengetahui bahwa
pilihan ada ditangan kita, meskipun belum mengetahui bagaimana akhirnya (tanpa
ada kepastian), hal tersebutlah yang membuat kita cemas.[1]
Eksistensial
berpendapat bahwa orang tidak bisa melarikan diri dari kebebasan, dalam arti
bahwa kita dituntut untuk selalu memikul tanggung jawab. Banyak orang yang
takut memikul beban tanggung jawab untuk menjadi orang yang dikehendaki. Terapi
eksistensial berusaha agar klien bisa keluar dari belenggu yang kuat itu dan
mau menantang kecenderungan mereka yang sempit dan bersifat memaksa, yang
merupakan ganjalan dari kebebasan mereka.[2]
Terapi
eksistensial menolong klien untuk bisa menghadapi kecemasan memilih untuk diri
sendiri dan kemudian menerima realitas bahwa mereka itu lebih dari sekedar
korban dari kekuatan yang ada di luar diri mereka. Tujuannya adalah agar klien
mampu melakukan tindakan yang berdasarkan pada tujuan otentik bagi terciptanya
eksistensi bermutu. Tugas terapi eksistensial adalah mengajar klien
mendengarkan apa yang telah mereka ketahui tentang diri mereka sendiri,
meskipun mereka mungkin tidak memperhatikan apa yang telah mereka ketahui.
Sasaran Terapi
Sasaran
dasar dari banyak sistem terapi adalah membuat individu mampu menerima kebebasan
yang menimbulkan kekaguman untuk bertindak serta bertanggung jawab yang harus
dipikul atas tindakan itu. Eksistensialisme berpendapat bahwa orang tidak bisa
melarikan diri dari kebebasan, dalam arti bahwa kita selalu dituntut untuk
memikul tanggung jawab. Namun, kita bisa mengingkari kekbesan kita, yaitu yang
merupakan ketidakotentikan akhir. Terapi eksistensial berusaha agar klien bisa
keluar dari belenggu yang kuat itu dan mau menantang kecenderungan mereka yang
sempit dan bersifat memaksa, yang merupakan ganjalan dari kebebasan
mereka. Meskipun proses ini memberi si individu rasa terbebas dari kungkungan
dan otonomi yang bertambah, kebebasan baru ini akan berakibat timbulnya
kecemasan.
Anggapan
terbaik tentang terapi eksistensial adalah bahwa terapi ini merupakan undangan
kepada klien untuk mengenal cara-cara untuk tidak hidup sepenuhnya otentik dan
membuat pilihan yang menuntun mereka hidup yang patut dan menjadi makhluk yang
bekemampuan. Pendekatan ini tidak berfokus pada mengobati penyakit atau pengaplikasian
teknik problem-solving untuk bisa melakukan tugas yang
kompleks demi terlaksananya kehidupan otentik.
Tugas eksistensial terapi adalah mengajar klien mendengarkan apa yang telah
mereka ketahui tentang diri mereka sendiri, meskipun mereka mungkin tidak
memperhatikan apa yang telah mereka ketahui.
Prosedur
dan Teknik Terapi
Menurut
Baldwin (1987), inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi
1.
Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya : Implikasi
Konseling.
Meningkatkan
kesadaran diri, yang mencakup kesadaran akan adanya alternative, motivasi,
factor yang mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup pribadi, merupakan sasaran
dari semua konseling. Adalah tugas terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa
peningkatan kesadaran memerlukan imbalan.
2.
Kebebasan dan Tanggung Jawab : Implikasi
Konseling.
Terapis
eksistensial terus-menerus mengarahkan fokus pada pertanggungjawaban klien atas
situasi mereka. Mereka tidak membiarkan klien menyalahkan orang lain,
menyalahkan kekuatan dari luar, ataupun menyalahkan bunda mengandug. Apabila
klien tidak mau mengakui dan menerima pertanggungjawaban bahwa sebenarnya
mereka sendirilah yang menciptakan situasi yang ada, maka sedikit saja motivasi
mereka untuk ikut terlibat dalam usaha perubahan pribadi (May & Yalom,
1989; Yalom 1980).
Terapis
membantu klien dalam menemukan betapa mereka telah menghindari kebebasan dan
membangkitkan semangat mereka untuk belajar mengambil resiko dengan menggunakan
kebebasan itu. Kalau tidak berbuat seperti itu berarti klien tak mampu berjalan
dan secara neurotik menjadi tergantung pada terapis.
Terapis
perlu mengajarkan klien bahwa secara eksplisit mereka menerima fakta bahwa
mereka memiliki pilihan, meskipun mereka mungkin selama hidupnya selalu
berusaha untuk menghindarinya.
3.
Usaha Untuk Mendapatkan Identitas dan Bisa Berhubungan
Dengan Orang Lain : Implikasi Konseling.
Bagian
dari langkah terapeutik terdiri dari tugasnya untuk menantang klien mereka untuk
mau memulai meneliti cara dimana mereka telah kehilangan sentuhan identitas
mereka, terutama dengan jalan membiarkan orang lain memolakan hidup bagi
mereka. Proses terapi itu sendiri sering menakutkan bagi klien manakala mereka
melihat kenyataan bahwa mereka telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang
lain dan bahwa dalam hubungan terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan
jalan menolak untuk memberikan penyelesaian atau jawaban yang mudah maka
terapis memaksa klien berkonfrontasi dengan realitas yang hanya mereka sendiri
yang harus bisa menemukan jawaban mereka sendiri.
4.
Pencarian Makna : Implikasi Konseling.
Berhubungan
dengan konsep ketidakbermaknaan adalah apa yang oleh pratis eksistensial disebut
sebagai kesalahan eksistensial. Ini adalah kondisi yang tumbuh dari perasaan
ketidaksempurnaan atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata tidak
menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah kesadaran bahwa tindakan serta pilihan
sesorang mengungkapkan kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai
pribadi. Manakala orang mengabaikan potensi-potensi tertentu yang dimiliki,
maka tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak
dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang memerlukan
penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya untk
mengetahui apa yang bisa dipelajari klie tentang cara mereka menjalani
kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah hidup.
5.
Kecemasan Sebagai Kondisi Dalam Hidup : Implikasi
Konseling.
Kecemasan
merupakan materi dalam sesi terapi produktif. Kalau klien tidak mengalami
kecemasan maka motivasi untuk mengalami perubahan menjadi rendah. Jadi, terapis
yang berorientasi eksistensial dapat menolong klien mengenali bahwa belajar
bagaimana bertenggang rasa dengan keragu-raguan dan ketidakpastian dan
bagaimana caranya hidup tanpa ditopang bisa merupakan tahap yang perlu dialami
daam perjalanan dari hidup yang serba tergantung kea lam kehidupan sebagai
manusia yang lebih autonom. Terapis dan klien dapat menggali kemungkinan yang
ada, yaitu bahwa melepaskan diri dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya
hidup baru bisa disertai dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru
bisa berkurang pada saat klien mengalami hal-hal yang ebih memuaskan dengan
cara-cara hidup yang lebih baru. Maakala klien menjadi lebih percaya diri maka
kecemasan mereka sebagai akibat dari ramalan-ramalan akan datangnya bencana
akan menjadi berkurang.
6.
Kesadaran Akan Maut dan Ketiadaan : Implikasi
Konseling.
Latihan
dapat memobilisasikan klien untuk secara sungguh-sungguh memantapkan waktu yang
masih mereka miliki, dan ini bisa menggugah mereka untuk mau menerima
kemungkinan bahwa mereka bisa menerima keberadaannya sebagai mayat hidup
sebagai pengganti kehidupan yang lebih bermakna.
Kelebihan dan kekurangan teori
humanistik eksistesial
Kelebihan
·
Teknik
ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan
kepercayaan diri.
·
Adanya
kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
·
Memanusiakan
manusia.
·
Bersifar
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap
fenomena sosial.
·
Pendekatan
terapi humanistik eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien,
seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan
ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa.
·
Lebih
efisien, efektif dan dapat digunakan secara luas.
·
Didukung
dengan teknis-teknis yang telah diuji secara empiris.
Kekurangan
·
Dalam
metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal.
·
Dalam
pelaksanannya tidak memiliki teknik yang tegas.
·
Terlalu
percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya sendiri.
·
Keputusan
ditentukan oleh klien itu sendiri.
·
Memakan
waktu lama.
Sumber:
Corey, Gerald. (1996).
Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA: Brooks Cole
Feist, Jess dan Feist,
Gregory. (2010). Teori Kepribadian. New York: Salemba Humanika
Lubis, Lumongga Namora.
(2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Semiun,Yustinus.(2006).
Kesehatan mental 3. Kanisius: Yogyakarta
Corey, G. (1995). Teori
dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Semarang : PT IKIP Semarang Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar