Jumat, 22 April 2016

TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL, KELEBIHAN DAN KEKURANGNNYA





Terapi Eksitensial merupakan  salah satu bentuk terapi dari Humanistik. Terapi eksistensi berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu siterm teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Menurut pandangan eksistensial, manusia mampu akan dirinya sendiri, yaitu kapasitas yang membedakan diri kita dengan makhluk lain. Kita adalah makhluk bebas yang bertanggung jawab dalam memilih cara hidup kita, sehingga nasib kita berada di tangan kita sendiri. Kesadaran akan adanya kebebasan dan tanggung jawab tersebut terkadang menimbulkan kecemasan eksistensial. Kita mengetahui bahwa pilihan ada ditangan kita, meskipun belum mengetahui bagaimana akhirnya (tanpa ada kepastian), hal tersebutlah yang membuat kita cemas.[1]
Eksistensial berpendapat bahwa orang tidak bisa melarikan diri dari kebebasan, dalam arti bahwa kita dituntut untuk selalu memikul tanggung jawab. Banyak orang yang takut memikul beban tanggung jawab untuk menjadi orang yang dikehendaki. Terapi eksistensial berusaha agar klien bisa keluar dari belenggu yang kuat itu dan mau menantang kecenderungan mereka yang sempit dan bersifat memaksa, yang merupakan ganjalan dari kebebasan mereka.[2]
Terapi eksistensial menolong klien untuk bisa menghadapi kecemasan memilih untuk diri sendiri dan kemudian menerima realitas bahwa mereka itu lebih dari sekedar korban dari kekuatan yang ada di luar diri mereka. Tujuannya adalah agar klien mampu melakukan tindakan yang berdasarkan pada tujuan otentik bagi terciptanya eksistensi bermutu. Tugas terapi eksistensial adalah mengajar klien mendengarkan apa yang telah mereka ketahui tentang diri mereka sendiri, meskipun mereka mungkin tidak memperhatikan apa yang telah mereka ketahui.

Sasaran Terapi
Sasaran dasar dari banyak sistem terapi adalah membuat individu mampu menerima kebebasan yang menimbulkan kekaguman untuk bertindak serta bertanggung jawab yang harus dipikul atas tindakan itu. Eksistensialisme berpendapat bahwa orang tidak bisa melarikan diri dari kebebasan, dalam arti bahwa kita selalu dituntut untuk memikul tanggung jawab. Namun, kita bisa mengingkari kekbesan kita, yaitu yang merupakan ketidakotentikan akhir. Terapi eksistensial berusaha agar klien bisa keluar dari belenggu yang kuat itu dan mau menantang kecenderungan mereka yang sempit dan  bersifat memaksa, yang merupakan ganjalan dari kebebasan mereka. Meskipun proses ini memberi si individu rasa terbebas dari kungkungan dan otonomi yang bertambah, kebebasan baru ini akan berakibat timbulnya kecemasan.
Anggapan terbaik tentang terapi eksistensial adalah bahwa terapi ini merupakan undangan kepada klien untuk mengenal cara-cara untuk tidak hidup sepenuhnya otentik dan membuat pilihan yang menuntun mereka hidup yang patut dan menjadi makhluk yang bekemampuan. Pendekatan ini tidak berfokus pada mengobati penyakit atau pengaplikasian teknik problem­-solving untuk bisa melakukan tugas yang kompleks demi terlaksananya kehidupan otentik.
            Tugas eksistensial terapi adalah mengajar klien mendengarkan apa yang telah mereka ketahui tentang diri mereka sendiri, meskipun mereka mungkin tidak memperhatikan apa yang telah mereka ketahui.

Prosedur dan Teknik Terapi
Menurut Baldwin (1987), inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi
1.           Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya : Implikasi Konseling
Meningkatkan kesadaran diri, yang mencakup kesadaran akan adanya alternative, motivasi, factor yang mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup pribadi, merupakan sasaran dari semua konseling. Adalah tugas terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa peningkatan kesadaran memerlukan imbalan.

2.           Kebebasan dan Tanggung Jawab : Implikasi Konseling. 
Terapis eksistensial terus-menerus mengarahkan fokus pada pertanggungjawaban klien atas situasi mereka. Mereka tidak membiarkan klien menyalahkan orang lain, menyalahkan kekuatan dari luar, ataupun menyalahkan bunda mengandug. Apabila klien tidak mau mengakui dan menerima pertanggungjawaban bahwa sebenarnya mereka sendirilah yang menciptakan situasi yang ada, maka sedikit saja motivasi mereka untuk ikut terlibat dalam usaha perubahan pribadi (May & Yalom, 1989; Yalom 1980). 

Terapis membantu klien dalam menemukan betapa mereka telah menghindari kebebasan dan membangkitkan semangat mereka untuk belajar mengambil resiko dengan menggunakan kebebasan itu. Kalau tidak berbuat seperti itu berarti klien tak mampu berjalan dan secara neurotik menjadi tergantung pada terapis.
Terapis perlu mengajarkan klien bahwa secara eksplisit mereka menerima fakta bahwa mereka memiliki pilihan, meskipun mereka mungkin selama hidupnya selalu berusaha untuk menghindarinya.

3.           Usaha Untuk Mendapatkan Identitas dan Bisa Berhubungan Dengan Orang Lain : Implikasi Konseling. 
Bagian dari langkah terapeutik terdiri dari tugasnya untuk menantang klien mereka untuk mau memulai meneliti cara dimana mereka telah kehilangan sentuhan identitas mereka, terutama dengan jalan membiarkan orang lain memolakan hidup bagi mereka. Proses terapi itu sendiri sering menakutkan bagi klien manakala mereka melihat kenyataan bahwa mereka telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang lain dan bahwa dalam hubungan terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan jalan menolak untuk memberikan penyelesaian atau jawaban yang mudah maka terapis memaksa klien berkonfrontasi dengan realitas yang hanya mereka sendiri yang harus bisa menemukan jawaban mereka sendiri.

4.           Pencarian Makna : Implikasi Konseling. 
Berhubungan dengan konsep ketidakbermaknaan adalah apa yang oleh pratis eksistensial disebut sebagai kesalahan eksistensial. Ini adalah kondisi yang tumbuh dari perasaan ketidaksempurnaan atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata tidak menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah kesadaran bahwa tindakan serta pilihan sesorang mengungkapkan kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai pribadi. Manakala orang mengabaikan potensi-potensi tertentu yang dimiliki, maka tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang memerlukan penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya untk mengetahui apa yang bisa dipelajari klie tentang cara mereka menjalani kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah hidup.
5.           Kecemasan Sebagai Kondisi Dalam Hidup : Implikasi Konseling. 
Kecemasan merupakan materi dalam sesi terapi produktif. Kalau klien tidak mengalami kecemasan maka motivasi untuk mengalami perubahan menjadi rendah. Jadi, terapis yang berorientasi eksistensial dapat menolong klien mengenali bahwa belajar bagaimana bertenggang rasa dengan keragu-raguan dan ketidakpastian dan bagaimana caranya hidup tanpa ditopang bisa merupakan tahap yang perlu dialami daam perjalanan dari hidup yang serba tergantung kea lam kehidupan sebagai manusia yang lebih autonom. Terapis dan klien dapat menggali kemungkinan yang ada, yaitu bahwa melepaskan diri dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa disertai dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa berkurang pada saat klien mengalami hal-hal yang ebih memuaskan dengan cara-cara hidup yang lebih baru. Maakala klien menjadi lebih percaya diri maka kecemasan mereka sebagai akibat dari ramalan-ramalan akan datangnya bencana akan menjadi berkurang.

6.           Kesadaran Akan Maut dan Ketiadaan : Implikasi Konseling. 
Latihan dapat memobilisasikan klien untuk secara sungguh-sungguh memantapkan waktu yang masih mereka miliki, dan ini bisa menggugah mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka bisa menerima keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti kehidupan yang lebih bermakna.



Kelebihan dan kekurangan teori humanistik eksistesial

Kelebihan
·              Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
·              Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
·              Memanusiakan manusia.
·              Bersifar pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
·              Pendekatan terapi humanistik eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien, seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa.
·              Lebih efisien, efektif dan dapat digunakan secara luas.
·              Didukung dengan teknis-teknis yang telah diuji secara empiris.
Kekurangan
·              Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal.
·              Dalam pelaksanannya tidak memiliki teknik yang tegas.
·              Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya sendiri.
·              Keputusan ditentukan oleh klien itu sendiri.
·              Memakan waktu lama.



Sumber:

Corey, Gerald. (1996). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA: Brooks Cole
Feist, Jess dan Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian. New York: Salemba Humanika
Lubis, Lumongga Namora. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Semiun,Yustinus.(2006). Kesehatan mental 3. Kanisius: Yogyakarta
Corey, G. (1995). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Semarang : PT IKIP Semarang Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar